Thursday, August 21, 2008

Keegoisan Mansusia

Tanggal: 19 Agustus 2008
Tempat: Graha Ekklesia lt 3

Kesan kita pada Hari Selasa kemarin membahas tentang… Sebenarnya banyak yang kita bahas, tapi topic utamanya adalah mengenai pengampunan… Kali ini, yang membuka Kesan kita dan membagi Firman adalah Fiona… (thankz for the great job, Fi..^^)

Ayat pertama yang digunakan Fiona adalah Matius 7:12
“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

Apa yang bisa didapat dari ayat di atas? Seperti yang kita ketahui, manusia itu pada dasarnya egois. Pada pertemuan kemarin, kita mempersempit pembahasan ke dalam tuntutan manusia terhadap manusia yang lainnya untuk berubah. Coba deh, pada renungin… Kita sering menuntut seseorang untuk berubah, sesuai dengan keinginan kita. Namun, pernahkah kita berpikir, sudahkah kita sendiri berubah?

Yang terjadi selama ini, dan sekali lagi merupakan sifat manusia pada umunya, adalah bahwa kita menuntut orang lain untuk berubah padahal kita sendiri masih saja seenaknya. Bagaimana mungkin kita mengharapkan mereka berubah apabila apa yang kita lakukan juga tidak mencerminkan apa yang kita harapkan dari mereka? Maksudnya, apa yang kita lakukan dan kita tunjukkan kepada orang lain seharusnya merupakan apa yang kita harapkan orang lain berbuat demikian juga kepada kita. Hal tersebut persis apa yang tercantum dalam ayat di atas.

Kita ambil contoh paling simple aja, ya? Kita mengharapkan teman kita untuk mengucapkan selamat kepada kita di hari ulang tahun kita sebagai salah satu bentuk perhatiannya kepada kita. Namun, bolehkah kita menuntut orang lain seperti itu apabila ternyata kita tidak mengucapkan hal yang sama kepadanya di hari ulangtahunnya?

Inti: ubahlah dulu diri kita sendiri sebelum menyuruh orang lain berubah.

Ayat kedua yang kita bahas adalah Amsal 27:17.
“Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.”

Intinya sebenarnya hampir sama seperti pembahasan ayat pertama, tapi langsung kita persempit ke dalam kemarahan. Marah itu wajar dan tak salah. Kemarahan itu bukan suatu dosa. Namun, sikap kita dalam menunjukkan kemarahan itu yang kadang kala membuat kita berdosa. Salah satu contoh yang paling sering kita temui adalah dendam dan sikap kita yang meledak-ledak akibat dikuasai kemarahan. Jadi, apabila kita menyimpan perasaan dendam, hal tersebut bisa berakibat buruk dalam hubungan kita dengan sesamanya.

Hal pertama yang perlu kita sadari, pantaskah kita marah? Sefatal apakah masalahnya sehingga kita marah merupakan sikap yang wajar dalam menanggapinya? Bagaimana apabila kita merupakan seorang yang pemarah?

Kita balik lagi ke pikiran kita. C’Febe sudah pernah membahas hal ini di khotbahnya di Image, mengenai Battlefield of Mine. Kita harus bisa menguasai emosi dan pemikiran kita. Janganlah kita sendiri yang dikendalikan oleh emosi, begitupun dengan perasaan amarah kita. Sebelum kita memutuskan untuk meluapkan kemarahan kita, ada baiknya kita berpikir sejenak berhakkah kita marah? Apa yang akan terjadi apabila kita marah? Mungkin hal tersebut sangatlah sulit dilakukan apabila oleh orang yang pemarah, tapi kita yakin hal tersebut bukanlah hal yang mustahil selama kita memiliki niat. Semuanya adalah proses.

Sering kita mengatakan kita tak bisa melakukan ini, tak bisa melakukan itu. Perlu kita ketahui, setiap kata-kata yang keluar dari mulut kita merupakan doa dan memiliki kuasa. Apabila kita sering mengatakan kita tak bisa melakukannya, maka kita benar-benar tak akan bisa melakukannya. Tidak ada sesuatu yang tak bisa kita lakukan selama kita memiliki kemauan. Tuhan tak pernah menyuruh kita melakukan sesuatu di luar kemampuan kita. Dan, kita tahu Tuhan mengenal kita lebih dari segala sesuatu di dunia ini. Oleh karena itu, apabila kita memiliki kemauan untuk mengontrol emosi kita, yakinlah kita pasti bisa melakukannya.

Kembali lagi ke dalam pengampunan. Salah satu cara untuk meredam kemarahan dan dendam adalah dengan memiliki hati yang mengampuni. Bukan hanya hati yang mengampuni yang perlu kita miliki melainkan juga kerendahan hati untuk meminta maaf.

Dalam sharing kita, terjadi beberapa perdebatan mengenai hal ini. Sulit sekali untuk mengampuni orang soalnya rasanya kesal sekali. Ingin sekali marah dan membalas orang itu! Banyak sekali perdebatan yang serupa. Untuk menjawab hal tersebut, hanya satu kalimat yang perlu kita ucapkan. Tuhan selalu memaafkan kesalahan kita, bahkan sebelum kita meminta maaf. Apabila kita tak bisa memaafkan orang lain, bagaimana dengan Tuhan yang selalu memaafkan kita bahkan sebelum kita meminta maaf?

Berbicara mengenai meminta maaf. Ada kalanya kita perlu kerendahan hati untuk meminta maaf pada seseorang yang bermasalah dengan kita walau mungkin kita merasa kita tak bersalah bahkan mungkin orang tersebut lah yang bersalah. Ada beberapa yang mengatakan bahwa bagaimana mungkin kita meminta maaf padahal yang salah bukan kita? Memang sulit untuk melakukan hal itu.

Sebelumnya, kita akan membahas tentang persepsi dan sifat manusia. Kita percaya bahwa tak ada manusia yang jahat. Kalaupun ada, hal tersebut dikarenakan perbedaan pemikiran tiap orang dalam menghadapi dan memandang sesuatu. Bisa jadi juga orang tersebut masih belum mengetahui kebenaran. Sifat setiap orang berbeda. Bisa saja, sesuatu yang kita pikir berada di posisi yang benar justru merupakan sesuatu yang salah di mata orang lain, begitupun sebaliknya.

Tak ada salahnya kita meminta maaf terlebih dahulu walaupun kita berpikir bukan kita yang salah melainkan orang lain yang bersalah. Apabila orang tersebut juga memikirkan hal yang sama, bagaimana masalah tersebut bisa dibereskan. Ada juga orang yang memikirkan harga diri dan keegoan mereka dalam hal ini. Harga diri mereka tak mengijinkan mereka untuk meminta maaf. Bergunakah harga diri mereka apabila ternyata malah menjadi boomerang buat diri mereka sendiri?

Justru, apabila kita berhasil meminta maaf, kita sudah menjadi orang yang berkemenangan. Kita sudah menjadi orang yang menang dalam hal mengontrol emosi dan keegoisan kita. Yakin dan percayalah bahwa kita bisa melakukan hal itu. Untuk melakukan hal itu, kita hanya perlu mengambil satu langkah kecil dan seterusnya Tuhanlah yang akan menuntun kita. Sekalinya kita berhasil dalam langkah pertama, kita tak akan menemukan kesulitan yang berarti selanjutnya. Dan, percayalah kita juga akan mengalami kelegaan hati dan kebahagiaan apabila kita sudah menjadi orang yang menang dalam hal ini. Selain itu, hubungan kita dengan orang itu juga akan dipulihkan bahkan menjadi makin dekat. Tidak ada kata mustahil. Percayalah…

Solusi untuk orang pemarah:

  • Jangan dikendalikan oleh emosi. Justru kita yang harus mengontrol emosi dan pikiran kita.
  • Pikirkankah lagi, pantaskah kita marah? Apa masalahnya sefatal itu sehingga wajar kita marah? Apa yang akan menjadi akibatnya apabila kita marah?
  • Ingatlah Tuhan selalu memaafkan kita! Kenapa kita gak bisa memaafkan orang lain?

Komitmen: Belajar mengampuni orang lain dan mengendalikan emosi kita.

Sekian, pembahasan kita untuk minggu ini. Sampai jumpa minggu depan. Jangan lupa, beri komentar untuk perkembangan blog kita. Terimakasih banyak.

No comments: